Rabu, 31 Desember 2014

Beyond The Blackboard

Guru, pekerjaan yang dicita - citakan oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Kebanyakan masyarakat Indonesia menganggap profesi guru adalah profesi yang paling mudah untuk dijalankan. Bahkan tak sedikit orang menyepelekan profesi ini. Berikut akan kami sampaikan sebuah resensi yang akan mengubah persepsi salah tentang guru.
Diceritakan seorang wanita bernama Stacey. Sejak kecil dia sangat menyukai sekolah. Hingga pada akhirnya dia lulus dari sekolah tinggi kependidikan. Lalu dia melamar menjadi seorang guru. Namun oleh lembaga pendidikan, dia disalurkan ke sebuah tempat penampungan kumuh yang membutuhkan seorang guru.
Kondisi tempat penampungan tidak sebaik yang telah dia bayangkan. Begitu kumuh dan dengan keadaan lingkungan yang memprihatinkan karena tidak adanya sarana pendukung kegiatan belajar mengajar. Siswa - siswa di tempat itu pun tidak dibedakan kelas pendidikannya, juga sifat liar dan seenaknya sendiri yang dimiliki para siswa. Selain itu, saat kereta api lewat akan membuat ruang kelas juga ikut bergoyang seperti terkena gempa.  Keadaan tersebut membuat Stacey stress dan hampir putus asa.
Stacey saat itu memiliki dua anak dan seorang suami yang selalu menyemangatinya. Dan dia berpikir jangan sampai memberi contoh jelek kepada anak - anaknya sendiri. Akhirnya dengan dorongan semangat suaminya dia mulai menata sendiri ruang kelas. Dan perlahan siswa - siswa serta orang tuanya berubah pendirian. Mereka mulai menyukai Stacey dan turut serta membantunya. Hal itu menambah semangat Stacey untuk memperbaiki keadaan kelas, baik tempat maupun sistem mengajar. Sehingga dia berhasil mendapat hati siswa dan orang tua siswa. Bahkan dia juga berhasil mengubah keadaan lingkungan sekitar tempat penampungan.

Bercita - cita ingin menjadi guru? Berarti Anda wajib menonton film inspiratif ini. Menjadi seorang guru bukan hanya memerlukan keahlian khusus atau pengalaman saja, tetapi juga keikhlasan membantu sesama, tanggungjawab serta kerja keras. Semangat, ya para calon pendidik sejati.

KECINTAANKU

PESONA PURWOREJO

A : Purworejo itu kota mati.
B : Mengapa kau berkata seperti itu, padahal kau baru beberapa tahun di Purworejo.
A : Sekarang sebutkan apa yang bisa membuat Purworejo tidak dijuluki kota mati!
Julukan Purworejo bukan kota mati. Purworejo adalah kota Pramuka dan kota Pensiun. Jangan hanya karena Purworejo tidak memiliki arena hiburan yang buka sampai malam, kita bebas mengatakan Purworejo adalah kota mati. Karena kamu tidak akan menyesal jika melihat keindahan Purworejo seutuhnya.
Disebut kota pensiun karena kebanyakan remaja Purworejo setelah lulus dari SMA / SMK lalu melanjutkan bekerja atau melanjutkan pendidikan di luar kota. Dan mereka akan kembali lagi ke Purworejo setelah tua. Padahal Purworejo adalah kota yang indah dan penuh dengan segala potensi yang sayangnya tidak diketahui banyak orang. Jika diibaratkan, Purworejo itu seperti sebuah manggis : kecil, mungil namun memiliki banyak kejutan.
1.       Pantai
a.       Jatimalang
Terletak di Desa Jatimalang, Kecamatan Purwodadi yang berjarak 18 km dari pusat kota Purworejo. Pantai Jatimalang merupakan wisata alam yag sangat menarik dengan suguhan hamparan laut Samudera Hindia atau Pantai Laut Selatan. Di sini terdapat pelelangan ikan hasil tangkapan nelayan, sehingga apabila kita membeli di sini akan jauh lebih murah. Di Pantai Jatimalang juga menyediakan berbagai macam makanan hasil olahan laut yang tentu saja harganya terjangkau.
b.      Ketawang
Terletak di Desa Harjobinangun dan Desa Ketawang, Kecamatan Grabag yang berjarak sekitar 24 km dari pusat kota Purworejo. Pantai Ketawang merupakan pantai yag masih alami dengan perpaduan indahnya deburan ombak laut selatan, berbibir pantai luas dan hamparan pasir yang lembut. Pada momen - momen tertentu Pemda setempat menggelar acara lomba pacuan kuda dan balap motor (racing) di pantai ini.
c.       Kaburuhan
Terletak di Desa Kaburuhan, Kecamatan Ngombol, letaknya berseberangan dengan Pantai Pasir Puncu yang ada di Kecamatan Grabag. Suasana di pantai ini cukup bersih dan di pantai ini wisatawan akan disuguhi pemandangan pantai yang indah seperti matahari terbenam .  Namun pantai ini dilarang untuk mandi karena ombaknya cukup berbahaya bagi para wisatawan yang ingin mandi di pantai.
2.       Desa Wisata
a.       Desa Karangrejo
Berada di kecamatan Loano, terletak di tepi sungai Bogowonto dengan penduduk sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Desa Karangrejo yang telah mencanangkan sebagai Ekowisata, akan tetapi belum optimal dalam melakukan action sehingga tema ekowisata belum belum memberikan kontribusi ekonomis terhadap masyarakat. Potensi serta daya tarik wisata, di antaranya : panjat tebing Watu Sumurup, Hutan Rakyat, Makam Silencu, Jembatan Goyang Tempuran Mas, Cagar Budaya Gapuro Kuno 1913, Camping Ground dan aneka atraksi wisata lainnya (wisata alam, wisata seni dan budaya, wisata pendidikan, wisata ziarah, dan wisata konservasi).
b.      Desa Somongari
Desa ini masuk dalam wilayah Kecamatan Kaligesing yang terletak di Lembah Pegunungan Menoreh, dengan mayoritas mata pencaharian sebagai petani. Desa ini juga desa di mana W.R. Supratman, pencipta lagu Indonesia Raya dilahirkan. Desa yang berjarak kurang lebih 13 km dari pusat kota Purworejo.
c.       Kasumo Asri, Mayungsari, Bener
Desa ini masuk dalam wilayah Kecamatan Bener berbatasan dengan Kabupaten Magelang yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai  petani. Di desa ini terdapat areal milik Perhutani dan telah dijadikan Taman Wisata Alam dan Pendidikan.
d.      Desa Jatimalang
Desa ini masuk dalam wilayah Kecamatan Purwodadi, mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Selain pantai, desa ini juga memiliki paket wisata bahari, wisata pendidikan, wisata mystical, wisata kuliner,dan wisata konservasi pantai.
e.      Desa Keburuhan
Desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Ngombol ini, mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Desa ini memiliki destinasi pariwisata kelautan dan view alam yang menarik, keindahan pantainya dikenal dengan nama Pantai Pasir Puncu.
f.        Desa Ketawangrejo
Desa ini masuk dalam wilayah Kecamatan Grabag, desa yag memiliki berbagai potensi ini sangat strategis dan mudah dikunjungi dengan berbagai alat informasi. Keanekaragaman potensinya meliputi pantai, hutan, arsitektur bangunan, industry rumah tangga dan lain sebagainya.
g.       Desa Wirun
Desa yang terletak di wilayah Kecamatan Kutoarjo memiliki aneka potensi seni dan dan kerajinan. Kerajinan yang terkenal di desa ini adalah kerajinan sangkar burung.
h.      Desa Donorejo
Desa ini masuk dalam wilayah Kecamatan Kaligesing pada ketinggian 700 dpl, memiliki aneka potensi dan daya tarik wisata alam, di antaranya adalah Goa Seplawan.
3.       Curug
a.       Curug Siklotok
Terletak di desa Kaligono Kecamatan Kaligesing. Berkunjung ke curug ini wisatawan akan disuguhkan keindahan tiga tingkat air terjun. Tingkat pertama dengan ketinggian kurang lebih 30 m bernama curug siklotok, tingkat kedua yang berada 10 m di atasnya tidak memiliki nama. Lalu paling atas adalah curug silangit dengan ketinggian sedikitnya 60 m.
b.      Curug Muncar
Terletak di desa Kaliwungu, Kecamatan Bruno mungkin kurang dikenal karena berada di pegunungan dan letaknya cukup terpencil. Untuk mencapai desa ini diperlukan waktu sekitar 40 menit dari Kutoarjo. Medan yang ditempuh untuk menuju objek ini memang sedikit menantang, dengan jalan yang berliku - liku dan rusak. Namun desa ini menawarkan panorama yang masih asri.
4.       Museum Tosan Aji
Terletak di Jalan Mayjend Sutoyo, sebelah selatan alun - alun Purworejo. Di museum ini tersimpan berbagai macam benda - benda cagar budaya, seperti keris, tombak, dan lain sebagainya.
5.       Masjid Agung (Masjid Darul Muttaqin)
Masjid ini sangat terkenal karena adanya bedug Kyai Bagelen  atau bedug Pendowo yang merupakan bedug terbesar di dunia. Dikatakan terbesar karena bedug ini dibuat dibuat dari kayu gelonggongan utuh tanpa sambungan. Bedug ini memiliki panjang 292 cm, keliling bagian depan 601 cm, keliling bagian belakang 564 cm, diameter bagian depan 194 cm, dan diameter bagian belakang 180 cm.
6.       Bangunan Cagar Budaya
Saat Anda memasuki Kabupaten Purworejo, Anda akan melihat banyak bangunan - bangunan bergaya Belanda menghiasi Kabupaten ini. Mulai dari bangunan sekolah, kantor - kantor hingga Stasiun Kereta Api Purworejo.
7.       Perbukitan Geger Menjangan
Dari bukit ini kita bisa memandang landscape kota Purworejo dari ketinggian. Di atas bukit ini terdapat gardu pandang untuk tempat istirahat dan menikmati pemandangan alam Purworejo yang cukup luas. Di dekat Geger Menjangan sendiri juga terdapat makam Kyai Imam Puro yang diyakini sebagai salah satu tokoh yang besar andilnya dalam sejarah keberadaan Purworejo.
8.       Goa Seplawan

Goa Seplawan terletak di gugusan bukit Menoreh perbatasan Kabupaten Purworejo dengan Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing.  Goa ini merupakan peninggalan sejarah masa lalu terbukti dengan ditemukannya sebuah arca emas 22 karat setinggi 9 centimeter dengan berat 2,5 kg, pada salah sudut kota. Arca Kencana tersebut berupa sepasang patung wanita dan pria yang sedang bergandeng tangan, yang diyakini oleh ahli arkeolog sebagai Dewa Siwa dan Dewi Parwati serta merupakan peninggalan pada zaman Hindu Siwa.

SMA Negeri 7 Purworejo, Cahaya di Langit Purworejo

Sebelumnya maaf ya udah sembarangan posting di sini, aku cuma pingin orang lain tahu kalau Purworejo juga punya cahaya di langitnya. Ini karya Puji Lestari, temanku waktu SMA. 

Tentang 29 :) *cahaya di langit dunia
1 Juni 2013 pukul 13:56
 Purworejo, 01 Juni 2013

 Seperti biasa aku selalu terpesona, terkagum-kagum saat kakiku memasuki gerbang “sela matangkep” SMA N 7 PURWOREJO , ini bukan yang pertama jelaslah tiga tahun sudah aku menimba ilmu disini, mengukir kenangan di setiap sudutnya. Membekas selalu. Tapi entah kali ini terasa beda sekali ketika aku tidak melihat putih abu-abu disana, aku menemukan mereka dalam balutan hitam putih yang menggetarkan. Aku tersadar.

Hari itu Jumat, 24 Mei 2013. Hari itu aku akan benar-benar terlepas dari sana, meninggalkan jejak-jejak melankolis, canda, tawa, suasana nakal yang tak terlupakan. Tidak aku tidak akan pernah lupa setiap detailnya, suasana hangat, nyaman, sakit, haru dan semuanya pernah aku tulis di sini, mengisi lembar demi lembar buku kehidupanku yang belum berhenti, belum habis. Dan kamu “SMA N 7 PURWOREJO” aku bangga kamu ada diceritaku, bangga pernah memakai seragam kebanggaanmu, bangga aku pernah menuntut ilmu bersama kamu, bangga setiap kali orang bertanya “sekolah di mana?”
“SMA 7” dan sungguh mereka menatapku terpesona menyebut namamu. Terimakasih SMA 7.

 Aku tidak akan pernah ada di sana tanpa Allah, terimakasih Tuhan Kau beri aku kesempatan untuk menuntut ilmu di tempat mengagumkan itu, sungguh Engkau Maha segalanya. Aku juga tak ada artinya tanpa kalian, Ayah Ibuku tercinta, terimakasih untuk segalanya aku tidak bisa menyebutkan. Terimakasih untuk pengasuh asramaku yang selalu membimbingku, memberi kesempatan sekolah gratis, sungguh anugrah tiada tara, semoga masih bisa sekolah gratis ke depannya. AMIN.
 Dan inilah tujuanku menulis ini, saat ingatanku bergetar tentang 29 cahaya di SMA N 7 kelas ‘BAHASA’ , 29 cahaya yang aku mengukung dunia. Aku kagum dengan kalian, aku bahagia dua tahun bersama kalian, aku banggaaa memiliki kawan luar biasa kompak cerdas seperti kalian. Aku tidak akan menemukan manusia unik seperti kalian lagi, di manapun.

Inilah kalian,,

Aftika Nur Khasanah
Haii af, ini dia si gembul dengan pipi tembamnya :D ehh nggak nyangka af kita udah tiga taun barengg mummuaahahha, gmana ya ngomongin kamu nih soalnya kita kan duduknya dipisah benua kamu ddipojok :D si pendiem yang suka baca komik ehehe
Alfa khoiru Nisa
Ahaha ini alfa sama aja soulmate nya aftika nih, tapi kalian gak punya hubungan lebih kan?*kabur*. Hee alfa kita juga udah tiga tauun bareng sosweet banget deh, yang rajin ya minjem komik conan sama novel” nya aku ngantrri -___-
Anggia Laras Tia
Ini manusia cuek tingkat dewa? Kok telat lagi anggia bangun kesiangan apa macet :D pesen-pesen dongg nggi jamu dietnya kok aku belum pernah nyicip wk, oya jangan lupa promosi sabun cucinya wkwk, kita dua tahun bareng muahaa :D
Arief Hutomo Aji
Bingung kalau mau ngomongin kamu aha, manusia palingg super deh kalau soal komputer-komputer gitu, dialah IT andalan kelas kita, maaf ya Aha di kelas bahasa kamu diajaarin gak bener sama anak” ini (yulie, weni,erni,indah*aku) mereka dewasa sebelum waktunya wk
Sukses Aha kamu cerdasss sekaliiih
Dian Rachmawati
Simpel saja yah dian kamu keliatannya pendiem tapi ternyata pinterr , baik lagi J aku belum jadi fotocopy buku catatanmu yan -__-
Dias Faturachman
Haii cool ? *nggak ada erni kan ya*  om dias makin kesana makin cool ajadeh gerr, bakalan kangen sama suara maskulin nya om wkakaka, jadi antrolpolog om? Sukses ya jadi apapun kamu.
Dwi Aprilia Iryanti
Kita sama-sama kecil ya jdi kalau foto di depan sendiri :D apink yang dewasa dan baik hati.
Erni Fatmawati
Ini dia teman mesum bersama wkwk si pemilik suara paling merdu di kelas yang sukanya galau muluuk :D mesumnya udahan ernii wk
Farikha Hazlzuzia Daneswara
Farikha, berhubung kamu sebenarnya belum cukup umur masuk SMA jadi maaf ya sering di bully muluk wk, cepet dewassa faa jangan nangis2 meluluu , cari pacar yang lebih dewasa dari kamu kek *ups
Fida Musthafa
Sampai deh sama fida yang paling centil, yang fotonya nempel dimana-mana*narsis, tapi gapapa pinter nari ini :D
Fitrianna Lestari
Ingett yan anak kecil yang namanya “ridwan” tunggu sampe besar lah ya, ini dia yang ngga di sangka-sangka juara nem tertinggi UN . selamat mumumu cepet kasih undangan yah wk, bakalan kangen ngajak bolos kamu sekolaaah -___-
Hanik Latifah
Hanikk, mesumnya tobat dulu nik wkwk pacarannya di pending dulu. Ini loh pakar tidur dikelas tapi pinter ngaji :D
Indah Maya Cornellya
Indaah, ketua ekspresi yang gilaaa, bakalan kangen mesum bareng kamu ndah *ups, jangan lupa diet ya wk, tak tunggu undanganya sama si yulie. AMIIIIN.
Kartika Dewantari
Mbak kartika yang lemah lembut gemulai, putri solo kelas kita :D *sendikodawuh*
Khusnul khotimah
Salam bu Haji, si paling alim di kelas kita yang selalu ngasih petuah menyejukkan hemm, semoga jadi bu hajah beneran yah :D
Meriam Montes
Kalau ditanya siapa yg bikin uang anak” kelas kita habis, ini dia pelakunya wkwk.. sukses ya montes si chinois yang berjiwa bisnis luar biiasa, kecil2 pinter cari uangg :D
Misbakhul Qoyyum
Aaa ini abang miko yang pinter wushu, sepak bola, voli, gitar -__- apasi yum yang kamu nggabisa?mesumnya tobat bangg,  Sukses ya kalau balik Palembang jangan lupa aku dibawa hehehe
Pawestri Nastiti
Westri, cewek kuat galak dengan suara menggelegar yang sangaat berjiwa penolongg, pakar PMR sekolah kitaa , semoga jiwa penolongmu sampai di akhir zamann amiin
Puji Lestari
*ini yang nulis* aku minta maaf ya banyaak salaah sama kaliaan , makasih buat kebersamaanya muah muah muaah
Ratna Isnadewi
Calon desainer kita yang pendiem, sukses Nanaaa !
Sigit Apriyanto
Gatau deh kalau ngomongin anak ini , ini mah kadang pinternya gak kira-kira haha, semoga jadi pengusaha papercraft tersukses di duniaaa . AMIIN
Siti chasanah
Siti yang pendiem dan baik hatii, sukses yaa sitii !
Sukma Aulia Sanfitri
Nahh sampai juga sama si sukma yang alau ketawa gabisa distopp, hebooh sendirian, hati-hati sukma jangan mesum lagi wkwk
Sushanti Dwi Haryati
Mba santi yang terhormat, dia adalah cerminan sosok dengan golongan darah A  yang pandai, serius, perfeksionis,dewasa dan penuh tanggung jawab. Dia yang selalu datang paling tepat waktu, dia yang selalu pulang terakhir, dia yang tak pernah lelah mengingatkan kitaa. Makassih mbak santt
Tri Jampi S
Jampi, juara bertahan kita dari selama sekelas bareng kitaa . Subhanallah. Kamu pinterr bannget jampii sukses yaa
Widi Setiyani
Widiii, jangan cengeng lagi ya kalau lagi di bully sama temen-temen sekelas haha, teriak yang keraaass bisa teriiaak nggaak ?? hahaha tapi pinter voli ini :D
Yulie Ardiansyah
Halooo pak camat terhormatt ! nggak nyangka kita udah tiga taaun yul , bareng susah seneng *lapmata* langgeng ya wkakaka, mesum bareng, semuanya bareng2 lah yull , kecewa bareng juga haha. Jangan lupa diet yul kalil aja 5 taun lagi kamu kayak lee min hoo ! ohh, pesen saya mesumnya di ilangin bisa gawaatt wk
Yunita Ratna Wibawani
Inih dia teman susah seneng, teman semeja, temen se tempat tiidur, tempat nonton bersama *ehh, kamu SAHABATKUU :*
Makasih weni ku buat semuanya*peluuk* , kamu sahabatku yg paling pinterr, paling topp, palingg mesumm hehe, kangen minum es dengan 3 sedotan (aku,kamu,hanik), moga persahabatan kita selamanyaa muahh
Zanuar Barep Prasetyo
Aku bangga kamu “ZANUAR BAREP PRASETYO” ketua kelas kita selama dua tahun lamanyaa, penuh tanggungjawab walaupun kalau udaah maraah badai deh -__-
Terimakasih jendral sudah memimpin kami dua taun lamanyaa , makasiih.
Sifatmu yang kaku udah terkontaminasi anak” golongan darah O, jadinya muncul deh aslinnya, tobbat mesum deh haha.

Terkakhir, aku minta maaf atas semua salahhku selama bareng kaliaan, yah namanya manusia banyak salah haha, bener-bener minta maaf. Aku beruntung sekali bertemu kalian, bertemu di “ARROUND THE WORLD” dan “ARROUND THE ETHNIC” persembahan luar biasa kita. 5-10 taun lagi saat kita bertemu percayalah kawan seperti mimpi kitaa, kita menjadi 29 cahaya di langit dunia, kita goncang dunia, kita XII BAHASA SMA N 7 PURWOREJO ! kita pemenang sejati ! jadi apapun kita nanti, setidaknya itu suratan Tuhan setelah kita berjuang !! BAHASA MEMBAHANA MENDUNIA, C’EST SUPERR ! SALAM BUDAYA ! INDONESIA ! KITA BISAA 


Senin, 29 Desember 2014

Berkarya sedikit apapun

KIDUNG ASMARADHANA
Aftika Nur Khasanah

Gemuruh di atas langit bersahutan. Air turun dari langit, berlompatan di atas genteng rapuh rumah gedheg. Gemericik air yang turun seakan berebut untuk merobohkan rumah yang sudah doyong itu.
Sore itu, gerimis masih bersemangat menyirami alam raya, menghijaukannya, meninggalkan jejak basah pada muka sang tanah, menjadikannya becek. Dedaunan di pohon kelapa melambai perlahan seakan ingin menunjukkan kebahagiaannya bermandikan air hujan. Sorot lampu alam kuning kemerahan dari barat membuat dedaunan itu semakin indah berkilauan.
Riuh anak - anak bermain hujan di luar rumah pun menggema mengiringi kebahagiaan sang daun. Juga sekumpulan kodok yang kemudian menggelar konser mereka di sawah.
Lek Tarman, pria 55 tahun itu termenung di balik jendela, raut mukanya mengisyaratkan kekecewaan. Sebentar – sebentar kepalanya mendongak ke langit, memeriksa keadaan di atas sana. Kemudian ia mengalihkan pandangannya pada jam kecil yang menempel di dinding gedheknya. Sebentar lagi jam itu menunjukkan pukul empat sore, tapi awan tebal berwarna abu – abu masih betah menggantung di angkasa. Begitupun hujan, dengan pasukan panah air yang masih semangat menyerang.
“Bagaimana ini, Pak, apa hari ini kita ndak tidak keluar lagi, Pak?” tanya Yu Sumini, istri Wak Adul.
“Bagaimana lagi, Mak, cuaca seperti ini juga pasti akan sepi, berdoa saja hujan cepat reda ya, Mak.” jawab Lek Tarman pasrah.
Seminggu ini Lek Tarman dan istrinya tidak bisa beraktifitas seperti biasa. Hujan terus – menerus membuat mereka sangat resah. Pekerjaan mereka yang hanya bakul cilik bergantung pada cuaca, sebagai bakul gorengan peruntungan mereka tidak seberapa. Apalagi bila hujan terus seperti ini, mungkin barang dagangan mereka hanya akan dimakan sendiri.
“Nduk, sudah selesai buat apa itu, cer cer, apa?” tanya Yu Sumini pada gadis semata wayangnya.
Namanya Rara, gadis kelas 3 SMA yang sederhana, bersahaja dan rajin. “Cerpen, Mak. Sebentar lagi, tinggal menyempurnakannya, Mak.” jawab Rara tersenyum sambil membetulkan jilbab merah jambunya. Sebentar lagi Rara akan mengikuti lomba tingkat nasional dalam penulisan cerpen. Lumayan, beasiswa luar negeri menjadi hadiah utamanya.
Lek Tarman kembali menatap langit, wajahnya semakin gelisah. “Ah, andai saja dulu aku ini orang kaya, bisa sekolah tinggi. Mungkin nasibku ndak bakal begini.” batin Lek Tarman. “Tapi, ini kan sudah suratan Gusti Allah to, pasti ini yang terbaik dari Allah.” tolaknya kemudian. Renungannya saat ini sangat terasa, apalagi saat ia melihat anak semata wayangnya telah beranjak besar.
“Pak, ini teh angetnya diunjuk dulu, sambil menunggu hujan reda.”
“Oh iya, Bu, terimakasih.” Lek Tarman tergeragap.
“Pak, ingat ndak kudangan kita buat anak kita dulu? Dulu sering kita kudang – kudang biar bisa jadi professor.” kenang Yu Sumini sambil menatap Rara yang sedang asyik menulis.
“Iya, Mak. Dulu waktu si Rara kecil sering Bapak nyanyikan tembang.” Lek Tarman menjawab.
“Masa to, Pak? Bukannya Bapak itu ndak bisa nyanyi to Mak?” jawab Rara sambil mengerlingkan mata meledek.
“Iya, Pak. Kan Bapak ndak bisa nyanyi.” timpal Yu Sumini.
“Haha, iya Mak. Bapak lupa kalau ndak bisa nyanyi. Hahaha ...”
“Pak, Mak, Rara pingin kuliah, terus bisa sukses keliling dunia seperti teman – teman yang lainnya.” ucap Rara lirih sambil mengamati wajah kedua orang tuanya, ia takut membuat mereka sedih.
Lek Tarman dan Yu Sumini terdiam cukup lama, hanya desah nafas mereka yang terdengar semakin berat. Sungguh ingin rasanya Rara menarik kata – katanya, ia menyesal melontarkan kata – kata itu. Seharusnya ia cukup sadar dengan keadaan perekonomian keluarganya, bersyukur masih bisa menikmati nasi dengan lauk seadanya dan berterimakasih masih diberi kesempatan untuk mencicipi bangku SMA. Profesi orang tuanya yang hanya bakul gorengan pasti sangat berat, sangat sulit. Harusnya Rara tak berhak menuntut, tapi dia juga punya mimpi sama seperti teman sebayanya. Apa salah kalau dia juga ingin sukses seperti itu? Tidak, tidak ada yang salah, hanya mungkin waktunya yang belum tepat.
“Rara …” Lek Tarman memecah sepi yang cukup lama tercipta.
Perlahan Rara mengangkat wajahnya, dipandanginya asal suara yang memanggilnya. Lek Tarman terdiam lagi cukup lama, membuat Rara semakin menyesal. Ditatapnya wajah tirus keriput dengan tubuh semakin kurus.
 “Jika memang seperti itu inginmu, biarkan saja Nduk itu terwujud …” Lek Tarman terdiam, dia palingkan wajahnya dari Rara.
“Nduk, Mamak tahu kamu anak yang cerdas, anak kami yang paling hebat, Sayang. Kami yakin kamu pasti bisa mencapai keinginanmu jangan takut, Nduk.” lanjut Yu Sumini. Bibirnya bergetar, perlahan tapi jelas, ia menangis.
Rara tersenyum, trenyuh hatinya. Betapa besar kasih sayang kedua orang tuanya, dia mengerti bahwa orang tuanya pun belum tahu apakah cita – cita anaknya dapat terwujud atau tidak. Namun Lek Tarman dan Yu Sumini tidak ingin memupuskan angan anak semata wayangnya. Terlalu dini untuk memupuskan angan yang belum berkembang secara sempurna, yang mereka tahu sebagai orang dusun adalah agar gadisnya yang mulai berkembang itu tetap semangat dan bahagia.
“Bapak, Mamak, Rara janji akan buat kalian bangga sama Rara.” ucap Rara dalam hati.
Sepi tiba – tiba menguap menguasai ruang tamu sederhana dalam rumah beralaskan tanah itu, menjadikan dinginnya hujan memenuhi ruang tamu itu. Tak satu pun berniat membuka suara, masing – masing terhanyut dalam khayalnya.
“Pak, Mak …” Rara memecah keheningan.
“Ya Nduk.” jawab Lek Tarman dan Yu Sumini bersamaan.
“Rara sayang Bapak dan Mamak.”
Lek Tarman, Yu Sumini dan Rara tersenyum, bersamaan dengan hujan yang reda.
“Mak, ayo berangkat hujannya sudah reda.” ajak Lek Tarman pada Yu Sumini.
“Ayo, Pak. Nduk, hati – hati di rumah ya. Semangat mengerjakan cer apa?”
“Cerpen, Mak.”
Di ujung senja yang indah itu, di mana pelangi menyambut kepergian sepasang malaikat Rara berangkat mencari nafkah selepas hujan reda. Jauh di belakang punggung mereka berdua, Rara mengamati dalam – dalam. Dua orang setengah baya yang semangat mendorong gerobak  gorengan. Dalam hatinya, Rara merasa bangga sekaligus beruntung memiliki orang tua seperti Lek Tarman dan Yu Sumini. Rara hanya bisa berharap Allah akan segera mengabulkan impiannya untuk membanggakan kedua orang tuanya.
Sedangkan Lek Tarman dan Yu Sumini mengiringi langkahnya dengan beribu doa. “Semoga daganganku yang tak seberapa ini bisa laris, semoga aku bisa mewujudkan impian anak semata wayangku, semoga. semoga dan semoga.” ucap Wak Adul dalam hati.
Semangat mereka terpancar melalui senyum yang merekah, wajah yang bercahaya, berseri – seri. Menantikan hari esok, saat sang gadis semata wayangnya menjadi orang sukses. “Ya Allah, ijinkan kami memenuhi keinginan gadis kami, Ya Rabb.” batin Yu Sumini.
*******
Allah mungkin tidak memberi yang kita inginkan
Tapi Allah Maha Tahu apa yang kita butuhkan
Sebanding dengan usaha kita
Maka itulah jawabannya
Hasil dari proses
Keajaiban dari penjumlahan usaha dan doa
Senyum Rara mengembang, tertawa lepas. Airmata mengalir deras, tapi ia bukan menangis. Di tangan kirinya sebuah piala besar bertengger dan di tangan kanannya ada sebuah tangan yang selama ini rindu ia jabat. Ah, ia tak pernah meragukan usaha, tak pernah sekalipun. Doa kedua orang tuanya pun ia jadikan semangat dan dorongan. Sekali lagi Rara merasa bangga memiliki orang tua seperti Lek Tarman dan Yu Sumini. Mereka terlalu hebat untuk sekadar menjadi bakul gorengan.
“Selamat Nduk, kamu berhasil membuktikan pada kami, kamu berhasil membanggakan kami Nduk.” Lek Tarman dan Yu Sumini menyambut Rara di pelukannya.
“Terimakasih Pak, Mak. Rara bangga sama kalian, Rara sayang kalian.”
“Ya, kepada Rara sebagai juara pertama, dipersilahkan untuk memberi sambutan.”
“Terimakasih, terimakasih pada Allah SWT yang telah menganugerahi saya kedua orang tua hebat, terimakasih pada kedua orang tua saya yang telah menjadikan saya bisa berada di sini, terimakasih dan terimakasih.” Rara menangis.
*******
“Rara …”
Rara terkesiap, terkejut. Rara membuka matanya, dipandangnya asal suara itu, lalu tersenyum. “Mas Ardi, ada apa?”
“Kamu baik – baik saja? Sebentar lagi seminar akan dimulai Sayang, kamu siap kan menginspirasi untuk internasional?” ucap Ardi sambil tersenyum.
“Ah, iya. Pak, Mak, hari ini akan kubuktikan pada dunia bahwa anak bakul gorengan bisa mendunia, bahwa di Indonesia ada orang tua hebat yang sangat menginspirasi”
Hari ini Rara akan mengisi seminar di Perancis, Eropa. Didampingi Ardi, suaminya, ia melangkah anggun dengan jilbab lebar yang menghiasi kepalanya dan senyum merona yang tersungging di wajahnya. Di hadapannya sebuah baliho besar bertuliskan “BIENVENUE RARA” menyambutnya, di sisi lain baliho juga ada tulisan “IRRASHAIMASAI”. Kebahagiaan membuncah di hati Rara, Perancis dan Jepang sungguh mimpinya sewaktu SMA semakin dekat. Dua negara dengan nasionalisme tinggi, mengagumkan.
Tit tit tilutit …
“Bonjol, biangpenyu at prances”
“Ahaha, Bapak, Mamak.”
“Kenapa ketawa Nang? Apa kata – kata kami masih salah?” ucap Wak Adul di ujung sana.
“Yang benar, bonjour, bienvenue at france, Pak.” ralat Ardi yang masih tertawa.
“Oh, iya itu maksud Bapak. Sudah sampai Perancis Nang?”
“Sampun Pak, ini malah sudah mau mulai.”
“Ya sudah, hati – hati ya di negeri orang, jaga Rara jangan sampai pental lho”
“Inggih Mak.”
“Yowis, bon corage yo, salam buat Raranya.”
“Nggih Mak.”
Tut tut tut …
Ardi tersenyum, ia sadar mengapa Rara sangat membangga -banggakan orang tuanya di hadapan Ardi. Karena mereka hebat. Sangat hebat untuk ukuran bakul gorengan.
“And then she is Mrs. Rara, give applause Profesor Rara from Indonesia, as a inspirational woman in world.”
Senyum Ardi semakin lebar, “Inikah anak bakul gorengan yang aku kenal? Sungguh lebih dari cantik, sungguh mempesonanya gadisku ini. Gambaran nyata kehebatan orang tuanya.”
*****
Ardi masih saja tersenyum selepas acara seminar Rara. “Mas Ardi, Rara llihat dari tadi Mas Ardi tersenyum terus, ada yang salah sama Rara?” tanya Rara penasaran.
“Ah, tidak ada yang salah, Rara istriku. Hanya aku merasa sangat bangga mempunyai istri sepertimu.” Ardi terdiam sejenak sambil tersenyum lebih lebar. “Apa kau tak malu punya suami hanya wiraswasta seperti aku? Sedangkan dirimu bergelar Profesor.” lanjut Ardi bimbang.
Rara tersenyum, sehingga Ardi menjadi bingung. “Mas, seorang ibu harus memiliki pendidikan yang tinggi karena dia akan menjadi madrasah pertama bagi anak - anaknya kelak. Itu alasan Rara mengejar pendidikan setinggi mungkin. Dan untuk pekerjaan Mas Ardi, yang Rara tahu Allah telah menentukan rezeki orang dengan jalan dan cara masing - masing. Selama itu halal Rara akan menerimannya, Mas, apa yang salah dengan seorang wirausaha apalagi dia bisa membuka lapangan kerja untuk orang lain.” tutur Rara dengan antusias.
Ardi hanya bisa tersenyum, “Aku tidak salah mencari istri. Rara, istriku yang solekhah, cerdas, dan bijaksana.”
“Ah, Mas Ardi bisa saja.” merahlah wajah Rara.

“ Bu Profesor mau makan apa hari ini? Oh, nasi putih dan kepiting rebus? Baik, kepiting rebusnya sudah berwarana kemerahan. “ sindir Ardi sambil mengerlingkan mata.